Monday, February 20, 2012

Benarkah Iklim Mempengaruhi Evolusi Manusia?


Ketika iklim berubah dan dunia menjadi semakin hangat, apakah manusia akan berevolusi sehingga bisa mengatasi pengaruh perubahan tersebut? Mungkin saja, jika respon orang-orang Yoruba di Afrika Barat terhadap kehidupan di kondisi alam yang kering menggambarkan evolusi yang pernah terjadi pada manusia sebelumnya. Apakah kemudian kita memiliki cukup waktu untuk berevolusi, itu masalah lain.

            Secara historis, orang-orang Yoruba hidup di tengah kondisi alam Sahel yang kering di salah satu penjuru gurun Sahara. Untuk mengetahui apakah orang-orang itu memang mengalami evolusi untuk mengatasi kondisi di sekelilingnya, Andres Moreno dari Stanford University, California, dan kolega-koleganya meneliti variasi sebuah gen yang diketahui memiliki peranan dalam penyimpanan air di dalam ginjal, yang disebut FOXI1, dalam sampel DNA yang diperoleh dari 20 orang Eropa, 20 orang Asia Timur, dan 20 orang Yoruba.
             
Tim peneliti ini menemukan bahwa 85 persen orang Yoruba memiliki sebuah rangkaian informasi genetik yang identik satu sama lain yang lebih panjang daripada rangkaian yang dihasilkan oleh rekombinasi acak maupun pengacakan genetik. Kemudian Tim tersebut mengatakan bahwa rangkaian gen itu merupakan hasil seleksi alamiah (BMC Evolutionary Biology, DOI: 10.1186/1471-2148-10-267).

Panjang tanda genetik itu menunjukkan bahwa perubahan terjadi dalam kurun waktu 10.000 hingga 20.000 tahun, yang berbarengan dengan tahapan awal penggurunan wilayah Sahara. Mereka juga menganalisa wilayah gen dalam 971 sampel yang diambil dari 39 populasi manusia di seluruh dunia, termasuk Yoruba, dan menemukan bahwa rangkaian genetik yang sama juga ditemukan dengan frekuensi yang tinggi di tempat-tempat yang memiliki ketinggian yang lebih rendah. Karena ketinggian yang lebih rendah memiliki peluang menjadi wilayah yang mengalami cekaman air, maka hal ini menunjukkan bahwa tekanan yang mendorong terjadinya seleksi memiliki kaitan dengan iklim, ujar Moreno.

Meskipun demikian, Steve Jones, seorang pakar genetika dariUniversity College London, menunjukkan bahwa bukti tersebut hanyalah merupakan bukti tidak langsung, sebab kita tidak mengetahui apakah varian genetik dalam masyarakat Yoruba memang benar-benar menjadi pendukung dalam kebertahanan hidup mereka.

Walaupun begitu, jika seandainya penjelasan Moreno memang benar adanya, penelitian ini memunculkan sebuah pertanyaan baru: bisakah manusia berevolusi dalam rangka beradaptasi terhadap perubahan iklim? “Dalam jangka waktu yang panjang, jika Planet Bumi terus menerus menghangat, saya tidak akan heran melihat adanya pergeseran genetika,” ucap pakar genetika antropologis Anne Stone dari Arizona State University di Tempe.

Kendatipun demikian, meramalkan seperti apakah rupa manusia di masa depan adalah hal yang sulit dilakukan sebab akan terdapat berbagai tekanan seleksi yang saling bersaing. Dan hal ini akan menentukan bentuk tubuh manusia. Stephen Stearns, seorang pakar biologi evolusioner dari Yale University, telah menyebutkan bahwa karena wanita yang memiliki bobot tubuh lebih berat dan tinggi badan yang lebih pendek cenderung memiliki lebih banyak anak, yang akan mewarisi ciri gen ibunya, maka kita bisa memperkirakan bahwa rata-rata perempuan di tahun 2049 akan memiliki bentuk tubuh yang lebih pendek dan lebih berat. Namun Stone memprediksikan bahwa karena spesies-spesies yang hidup dalam lingkungan yang panas akan mengembangkan bentuk tubuh yang lebih baik dalam memancarkan panas, maka perubahan iklim akan menyebabkan manusia tumbuh lebih tinggi dan lebih langsing. “Tampaknya kita akan menemukan titik tengah dimana kita mampu mengatasi suhu yang lebih panas namun tetap memiliki lemak yang memadai untuk terus berkembang biak,” ucapnya.

Selain keberhasilan reproduktif, penyebab utama evolusi adalah perbedaan dalam mortalitas. Distribusi penyakit diperkirakan akan berubah ketika bumi semakin panas, misalnya. Kemudahan transportasi/perpindahan dan populasi global bisa berarti bahwa manusia lebih rawan terkena penyakit jika dibandingkan dengan masa-masa lain dalam sejarah evolusi kita, kata Jones. “Jika segala sesuatu tampaknya mengalami evolusi secara cepat, maka gen-lah yang akan memberikan kita pertahanan terhadap penyakit,” imbuhnya.

Meskipun demikian, evolusi adalah sebuah proses yang lambat, jadi adaptasi apapun tidak akan menyelamatkan kita dari masalah-masalah yang tak terhindarkan yang berkaitan dengan perubahan iklim. “Evolusi kita tidak akan menghindarkan kita dari masalah,” kata Jones. “Jawabannya terletak di dalam kepala kita, bukan pada testikel kita.”


BUKTI-BUKTI BAHWA MANUSIA MASIH BEREVOLUSI
Meskipun kita mungkin kelihatan seperti sebuah bentuk yang telah selesai, ada berbagai bukti yang menunjukkan bahwa manusia masih terus berevolusi. John Hawks dari Universiti of Wisconsin-Madison bahkan menyatakan bahwa ledakan populasi dan gaya hidup yang berubah dengan sangat cepat menjadi penyebab saat ini manusia berevolusi secara lebih cepat dibandingkan sebelum-sebelumnya. Bukti-bukti yang mendukung hal ini antara lain:

-          - Otak manusia masih mengalami evolusi.
   Bruce Lahn dari University of Chicago dan teman-teman sejawatnya mengidentifikasi dua gen yang terlibat dalam pengaturan ukuran otak yang menjadi penentu dalam seleksi alam yang saat ini berlangsung.

-          - Kemampuan mencerna susu hanya baru berkembang dalam kurun waktu 7000 tahun belakangan ini, ucap Mark Thomas dari University College London.

-          - Sepanjang waktu, gen-gen untuk anak-anak yang baru lahir akan diseleksi secara alami, demikian menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin Ian Owens dari Imperial College London.

-          - Hanya butuh waktu 3000 tahun bagi orang-orang Tibet untuk beradaptasi dalam kehidupan di dataran tinggi, sebuah tingkat yang memecahkan rekor dalam evolusi, ucap tim Rasmus Nielsen di University of California, Berkeley.


Hak cipta untuk artikel dan gambar ada di tangan majalah NewScientist.
Artikel ini dimuat di majalah NewScientist, 23 Oktober 2010


No comments:

Post a Comment