Tuesday, December 20, 2011

Berita: Ribuan dokumen langka terbakar dalam bentrokan di Mesir


Ribuan dokumen langka terbakar dalam bentrokan di Mesir
Oleh: AYA BATRAWY | AP

Di bawah kantor Abdel-Hady, lusinan orang menelusuri tumpukan sisa-sisa yang dibawa kembali ke perpustakaan. Seorang lelaki yang memakai jubah dokter bedah yang membawa setumpuk kertas hangus dengan hati-hati menebar kertas-kertas itu seolah-olah kertas-kertas itu adalah bayi.
Para penyelamat itu memanfaatkan kertas koran untuk menutupi beberapa buku yang separo terbakar. Mesin berukuran besar mengepak kertas-kertas tersebut dalam kantong-kantong hampa udara.
Setidaknya 16 bak truk berisikan sekitar 50.000 manuskrip, beberapa di antaranya rusak tak bisa diperbaiki lagi, telah dipindahkan dari trotoar di luar kedutaan AS dan American University di Kairo, keduanya terletak di dekat gedung lembaga yang terbakar itu, ke perpustakaan utama, kata Abdel-Hady.
Ia mengatakan kepada Associated Press bahwa tidak ada cara untuk mengetahui apa yang hilang selamanya pada tahapan ini, namun nilai tulisan-tulisan itu setara dengan puluhan juta dolar – bahkan boleh dikata ternilai harganya.
“Saya tidak tidur selama dua hari, dan kemarin saya menangis. Saya tidak suka melihat buku terbakar,” katanya. “Seluruh Mesir menangis.”
Ia mengatakan bahwa ada empat salinan tangan lain dari Description of Egypt. Karya dalam bahasa Perancis juga telah didigitalisasi dan tersedia secara online.
Kemungkinan ada sebuah peta Mesir dan Ethipia, dibuat pada tahun 1753, yang ikut musnah dalam kebakaran itu. Meskipun begitu, salinan orisinil peta itu ada di perpustakaan nasional Mesir, katanya. Gedung lembaga yang hancur itu juga menyimpan surat-surat dan manuskrip-manuskrip abad ke-16 yang disatukan dan dijilid seperti buku.
Catatan inventaris yang paling mudah diakses mengenai apa yang disimpan di lembaga itu adalah sebuah buku dari tahun 1920 yang saat ini disimpan di Library of Congress AS, demikian menurut William Kopychi, seorang direktur lapangan regional dari perpustakaan yang berbasi di Washington D.C. Ia mengatakan karya-karya yang musnah itu merupakan karya-karya penting bagi para peneliti masalah sejarah Mesir, Arab, dan Egiptologi.
“Ini adalah hilangnya sebuah lembaga yang sangat penting yang pernah didatangi oleh banyak pakar,” katanya dalam sebuah pertemuan dengan Abdel-Hady untuk mengevaluasi tingkat kerusakan yang terjadi.
Yang tersisa di dalam gedung bersejarah di dekat tempat bentrokan itu adalah tumpukan-tumpukan furnitur yang terbakar, logam-logam yang terpilin, dan tembok-tembok yang runtuh. Dua lapis barisan demonstran mengelilingi gedung itu pada hari Senin lalu.
Dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin, seorang jenderal dari dewan militer penguasa mengatakan bahwa sebuah penyelidikan untuk mencari tahu siapa yang membakar gedung itu sedang dilakukan. Televisi negara menyiarkan gambar-gambar orang-orang berpakaian preman sedang membakar gedung itu dan menari-nari di sekitar api pada hari Sabtu sore. Para demonstran juga memanfaatkan kebakaran itu, menggunakan bagian dasar bangunan itu untuk melemparkan bom-bom api dan batu pada para tentara yang berada di puncak-puncak gedung sekitarnya.
Seorang kolonel militer, yang ikut dalam upaya penyelamatan di perpustakaan itu, mengatakan ada sekitar 10 orang tentara yang ditugaskan membantu para relawan. Ia meminta namanya tidak disebutkan sebab bukan kewenangannya untuk berbicara kepada wartawan.
Relawan Ahmed El-Bindari mengatakan bahwa militerlah yang bertanggungjawab karena telah menggunakan atap bangunan itu sebagai sebuah posisi untuk menyerang para demonstran sebelum terjadinya kebakaran.
“Jika pemerintah memang ingin melindungi sesuatu, mereka akan melakukannya,” kata El-Bindari. “Cobalah masuk ke bangunan Menteri Dalam Negeri atau Menteri Pertahanan. Anda tidak akan bisa melakukannya.”

No comments:

Post a Comment