12 Desember 2011
Sudah lama gajah dikenal sebagai salah satu
makanan Homo erectus. Namun signifikansi sumber makanan khusus ini, dalam
kaitannya dengan keberlangsungan hidup Homo erectus dan evolusi manusia modern,
tidak pernah benar-benar dipahami – hingga saat ini.
Foto ini memperlihatkan lubang ekskavasi di Gua Qesem. |
Ketika Dr. Ran Barkai, Miki Ben-Dor, dan Prof.
Avi Gopher dari Departmen of Archaeology and Ancient Near Eastern Studies di
Universitas Tel Aviv melakukan penelitian pada data-data tertulis yang
menggambarkan tulang-tulang hewan dan kaitannya dengan Homo erectus di situs Acheulian Gesher Benot Ya’aqov di Israel,
mereka menemukan bahwa tulang gajah hanya didapati sekitar dua hingga persen
dari jumlah keseluruhan tulang yang ada. Akan tetapi, kata mereka, angka yang
kecil ini bisa menyesatkan. Meskipun hewan seberat enam ton mungkin hanya
diwakili oleh persentase kecil dari tulang yang ada di situs, sebenarnya hewan
tersebut menyediakan sebanyak 60 persen dari kalori hewani.
Gajah, paket makanan besar yang gampang diburu,
menghilang dari wilayah Timur Tengah sekitar 400.000 tahun yang lalu – sebuah peristiwa
yang mestinya mengakibatkan terjadinya cekaman nutrisi yang lumayan berat bagi
para Homo erectus. Bekerja sama
dengan Prof. Israel Hershkovitz dari Sackler Faculty of Medicine, Universitas
Tel Aviv, para peneliti itu menghubungkan bukti mengenai makanan ini dengan
petunjuk-petunjukan kultural dan anatomis lainnya, dan menyimpulkan bahwa
hominid-hominid baru yang belakangan ini ditemukan di Gua Qesem di Israel –
yang kelihatanya lebih terampil dan lebih cerdas dalam memenuhi kebutuhan
makanan mereka melalui mangsa yang lebih kecil dan lebih cepat – mengambil alih
wilayah Timur Tengah dan akhirnya menggantikan Homo erectus.
Temuan ini, yang dilaporkan dalam jurnal PLoS One, menyatakan bahwa hilangnya
gajah 400.000 tahun silam menjadi penyebab munculnya manusia modern untuk
pertama kalinya di Timur Tengah. Di benua Afrika, gajah-gajah menghilang dari
situs-situs arkeologis dan lama kemudian barulah muncul Homo sapiens – baru muncul 200.000 tahun yang lalu.
Paket makanan yang sempurna
Tidak seperti primata lainnya, kemampuan manusia
untuk mengekstrak energi dari serat tanaman dan mengkonversi protein menjadi
energi sifatnya terbatas. Jadi, karena tidak ada api untuk memasak,
diet/makanan para Homo erectus hanya
terdiri dari sejumlah kecil tanaman dan protein nabati dan tentu saja masih
harus ditambah lagi oleh lemak hewani. Oleh karena itulah, gajah menjadi
sasaran utama dalam perburuan –gajah bergerak lebih lambat dibandingkan mangsa
lainnya dan cukup besar untuk memenuhi kebutuhan makanan satu kelompok,
hewan-hewan besar memiliki rasio lemak-protein ideal yang tetap konstan di segala
musim. Pendek kata, gajah-gajah itu adalah paket makanan yang ideal bagi para Homo erectus, kata Ben-Dor.
Pada saat gajah mulai hilang, Homo erectus “perlu memburu lebih banyak
hewan yang lebih kecil dan lebih cepat. Kebutuhan energi meningkat, namun
karena asupan protein dan tanaman terbatas, sumber energi harus diperoleh dari
lemak. Ini menjadi faktor yang diperhitungkan dalam perburuan,” ucap Ben-Dor,
yang menyatakan bahwa perubahan ini terbukti dalam tampilan fisik manusia
modern yang lebih enteng daripada Homo
erectus namun memiliki otak yang lebih besar.
Untuk menguatkan temuan mereka, para peneliti ini
membandingkan bukti arkeologis dari dua situs di Israel: Gesher B’not Yaakov,
bertanggal hampir 800.000 tahun dan berasosiasi dengan Homo erectus; dan Gua Qesem, bertanggal 400.000 hingga 200.000
tahun yang lalu. Gesher B’not Yaakov berisi tulang-tulang gajah, namun di Gua
Qesem, yang tidak mengandung tulang gajah, para peneliti menemukan tanda-tanda
hominid pascaerectus, dengan bilah-bilah batu dan perilaku yang maju seperti
pembagian makanan dan kebiasaan memanfaatkan api.
Evolusi di Timur Tengah
Manusia modern berevolusi di Afrika sekitar
200.000 tahun silam, kata Dr. Barkai, dan paradigma yang ada saat ini adalah
apakah itu juga merupakan kemunculan mereka di dunia untuk pertama kalinya? Data
arkeologis menunjukkan kepada kita bahwa gajah-gajah di Afrika dan juga budaya
Acheulian menghilang seiring dengan munculnya manusia modern di sana. Meskipun gajah
masih bisa ditemukan di Afrika saat ini, hanya sedikit spesies yang bertahan
hidup dan tidak ada bukti hewan tersebut bisa ditemukan di situs arkeologis
setelah 200.000 tahun yang lalu. Kemiripan keadaan dengan keadaan di Timur
Tengah 400.000 tahun silam bukanlah sebuah kebetulah, kata para peneliti itu. Tidak
hanya temuan mereka mengenai gajah dan makanan Homo erectus menjadi penjelasan atas evolusi manusia modern yang
selama ini ditunggu-tunggu, namun temuan mereka ini juga mempertanyakan kembali
soal “tempat kelahiran” manusia modern.
Bukti dari Gua Qesem menguatkan alurwaktu yang
revolusioner ini. Temuan dari situs bertanggal 400.000 tahun ini dengan jelas
mengindikasikan keberadaan perilaku manusia yang baru dan inovatif serta adanya
jenis manusia baru. Ini membangun pemahaman baru atas sejarah manusia, kata
Prof. Gopher.
Tulisan ini disediakan oleh Tel Aviv University
Seluruh hak cipta ada di Tel Aviv University, postingan ini hanya terjemahan semata.
No comments:
Post a Comment