Stonehenge Mengungkap Petunjuk Baru Mengenai Pemujaan Kuno
Analisis oleh Rossella Lorenzi
29 November 2011
Ada kemungkinan Stonehenge telah menjadi tempat pemujaan
terhadap matahari jauh sebelum batu-batu terkenal itu didirikan lebih dari
5.000 tahun yang lalu, demikian menurut para arkeolog yang melakukan ekskavasi
virtual terbesar yang pernah ada.
Dengan menggunakan teknologi-teknologi noninvasif seperti ground-penetrating radar dan pencitraan
geofisikal, satu tim dari IBM Visual and Spatial Technology Centre, atau VISTA,
dari University of Birmingham, dan Ludwig Boltzmann Institute for
Archaeological Prospection and Virtual Archaeology di Wina, menemukan
bukti-bukti berupa dua lubang besar yang terletak pada sebuah kesejajaran
astronomis di Stonehenge.
Berukuran lebih dari 16 kaki diameternya dan setidaknya
memiliki kedalaman 3 kaki, lubang-lubang itu terletak di dalam Cursus, sebuah pagar
besar yang terletak di utara Stonehenge dan lebih tua 500 tahun dibandingkan
monumen prasejarah itu sendiri.
“Ini kali pertama kami melihat sesuatu yang seperti ini di
Stonehenge,” kata Vince Gaffney, pemimpin proyek tersebut yang juga seorang
arkeolog dari University of Birmingham.
“Ketika dilihat dari Heel Stone, sebuah batu yang masih
menjadi teka-teki dan tegak di luar pintu masuk ke Stonehenge, lubang-lubang
itu secara efektif menandai terbit dan letak matahari di hari-hari pertengahan
musim panas,” jelasnya.
Menurut para arkeolog itu, kedua lubang itu dulunya
berisikan batu-batu tegak, gubuk kayu atau bahkan tempat api untuk menandai
terbitnya matahari dan posisi-posisinya. Kemungkinan besar kesemuanya itu
menandai sebuah rute prosesi yang digunakan untuk merayakan lintasan matahari
di langit pada saat titik balik matahari di musim panas.
“Ada kemungkinan bahwa prosesi yang dilakukan di dalam
Cursus berpindah dari lubang di sebelah timur pada saat matahari terbit,
berlanjut menuju ke timur sepanjang Cursus dan, dengan mengikuti jalur matahari
di atas kepala, kemungkinan kembali ke arah barat, hingga sampai di lubang
sebelah barat pada saat matahari tenggelam untuk menandai hari terpanjang dalam
setahun,” ucap Gaffney.
Hipotesis ini semakin kuat ketika para peneliti tersebut
mengukur jarak langkah di antara kedua lubang itu.
Mereka menemukan bahwa prosesi tersebut akan mencapai tepat
pertengahan jalan pada saat tengah hari, ketika matahari berada tepat di atas
Stonehenge.
“Ini lebih dari sekadar kebetulan, mengingat ketepatan
panjang Cursus dan posisi lubang yang signifikan,” ucap Henry Chapman, dosen
senior arkeologi dan visualisasi dari University of Birmingham.
Menurut para peneliti itu, keberadaan lubang di dalam
Cursus menunjukkan bahwa wilayah Stonehenge, yang menjadi kompleks monumen
Neolitik dan Zaman Perunggu terpadat di Inggris, sudah sakral bahkan sebelum
pembangunan batu melingkar misterius itu dimulai.
“Walaupun Stonehenge merupakan monumen yang paling penting
di wilayah tersebut, ada kemungkinan bahwa dahulu kala monumen ini bukan
satu-satunya fokus ritual yang terpenting,” ucap Gaffney.
Wilayah Stonehenge bisa jadi merupakan sebuah situs yang
sakral dan penting sebelum monumen itu didirikan. Kegiatan-kegiatan yang lain
dilakukan di situs-situs upacara yang terletak tidak jauh dari situ,”
lanjutnya.
Para peneliti sudah menemukan monumen yang mirip dengan
Stonehenge, beberapa monumen berukuran kecil lainnya, dan sebuah rangkaian
lubang-lubang besar membentuk pola ladam kuda yang berada di sebelah timur laut
Stonehenge, yang juga berisi gerabah-gerabah.
Mereka meyakini bahwa struktur-struktur ini berfungsi
sebagai sebuah tempat pemujaan minor, barangkali disediakan untuk
komunitas-komunitas tertentu yang berkunjung ke pusat seremonial itu.
Tim peneliti ini yakin bahwa tak lama lagi mereka akan
mendapatkan penemuan baru.
“Pengetahuan kita mengenai lansekap kuno yang pernah ada di
sekeliling Stonehenge bertambah secara dramatis ketika kita meneliti
hasil-hasil survey geofisikal yang baru,” kata Paul Garwood, seorang dosen
prasejarah di University of Birmingham.
“Kita bisa melihat dengan sangat terperinci tidak hanya
monumen-monumen baru namun keseluruhan lansekap aktivitas manusia masa lalu,
lebih dari ribuan tahun yang lalu, dan terawetkan dalam fitur-fitur di bawah
tanah seperti lubang-lubang dan parit-parit.”
Foto:
Stonehenge at sunset. (Credit: Jeffrey Pfau/Wikimedia Commons).
No comments:
Post a Comment