Tuesday, December 20, 2011

Berita: Stonehenge Mengungkap Petunjuk Baru Mengenai Pemujaan Kuno


Stonehenge Mengungkap Petunjuk Baru Mengenai Pemujaan Kuno
Analisis oleh Rossella Lorenzi
29 November 2011
Ada kemungkinan Stonehenge telah menjadi tempat pemujaan terhadap matahari jauh sebelum batu-batu terkenal itu didirikan lebih dari 5.000 tahun yang lalu, demikian menurut para arkeolog yang melakukan ekskavasi virtual terbesar yang pernah ada.
Dengan menggunakan teknologi-teknologi noninvasif seperti ground-penetrating radar dan pencitraan geofisikal, satu tim dari IBM Visual and Spatial Technology Centre, atau VISTA, dari University of Birmingham, dan Ludwig Boltzmann Institute for Archaeological Prospection and Virtual Archaeology di Wina, menemukan bukti-bukti berupa dua lubang besar yang terletak pada sebuah kesejajaran astronomis di Stonehenge.
Berukuran lebih dari 16 kaki diameternya dan setidaknya memiliki kedalaman 3 kaki, lubang-lubang itu terletak di dalam Cursus, sebuah pagar besar yang terletak di utara Stonehenge dan lebih tua 500 tahun dibandingkan monumen prasejarah itu sendiri.

“Ini kali pertama kami melihat sesuatu yang seperti ini di Stonehenge,” kata Vince Gaffney, pemimpin proyek tersebut yang juga seorang arkeolog dari University of Birmingham.
“Ketika dilihat dari Heel Stone, sebuah batu yang masih menjadi teka-teki dan tegak di luar pintu masuk ke Stonehenge, lubang-lubang itu secara efektif menandai terbit dan letak matahari di hari-hari pertengahan musim panas,” jelasnya.
Menurut para arkeolog itu, kedua lubang itu dulunya berisikan batu-batu tegak, gubuk kayu atau bahkan tempat api untuk menandai terbitnya matahari dan posisi-posisinya. Kemungkinan besar kesemuanya itu menandai sebuah rute prosesi yang digunakan untuk merayakan lintasan matahari di langit pada saat titik balik matahari di musim panas.
“Ada kemungkinan bahwa prosesi yang dilakukan di dalam Cursus berpindah dari lubang di sebelah timur pada saat matahari terbit, berlanjut menuju ke timur sepanjang Cursus dan, dengan mengikuti jalur matahari di atas kepala, kemungkinan kembali ke arah barat, hingga sampai di lubang sebelah barat pada saat matahari tenggelam untuk menandai hari terpanjang dalam setahun,” ucap Gaffney.
Hipotesis ini semakin kuat ketika para peneliti tersebut mengukur jarak langkah di antara kedua lubang itu.
Mereka menemukan bahwa prosesi tersebut akan mencapai tepat pertengahan jalan pada saat tengah hari, ketika matahari berada tepat di atas Stonehenge.
“Ini lebih dari sekadar kebetulan, mengingat ketepatan panjang Cursus dan posisi lubang yang signifikan,” ucap Henry Chapman, dosen senior arkeologi dan visualisasi dari University of Birmingham.
Menurut para peneliti itu, keberadaan lubang di dalam Cursus menunjukkan bahwa wilayah Stonehenge, yang menjadi kompleks monumen Neolitik dan Zaman Perunggu terpadat di Inggris, sudah sakral bahkan sebelum pembangunan batu melingkar misterius itu dimulai.
“Walaupun Stonehenge merupakan monumen yang paling penting di wilayah tersebut, ada kemungkinan bahwa dahulu kala monumen ini bukan satu-satunya fokus ritual yang terpenting,” ucap Gaffney.
Wilayah Stonehenge bisa jadi merupakan sebuah situs yang sakral dan penting sebelum monumen itu didirikan. Kegiatan-kegiatan yang lain dilakukan di situs-situs upacara yang terletak tidak jauh dari situ,” lanjutnya.
Para peneliti sudah menemukan monumen yang mirip dengan Stonehenge, beberapa monumen berukuran kecil lainnya, dan sebuah rangkaian lubang-lubang besar membentuk pola ladam kuda yang berada di sebelah timur laut Stonehenge, yang juga berisi gerabah-gerabah.
Mereka meyakini bahwa struktur-struktur ini berfungsi sebagai sebuah tempat pemujaan minor, barangkali disediakan untuk komunitas-komunitas tertentu yang berkunjung ke pusat seremonial itu.
Tim peneliti ini yakin bahwa tak lama lagi mereka akan mendapatkan penemuan baru.
“Pengetahuan kita mengenai lansekap kuno yang pernah ada di sekeliling Stonehenge bertambah secara dramatis ketika kita meneliti hasil-hasil survey geofisikal yang baru,” kata Paul Garwood, seorang dosen prasejarah di University of Birmingham.
“Kita bisa melihat dengan sangat terperinci tidak hanya monumen-monumen baru namun keseluruhan lansekap aktivitas manusia masa lalu, lebih dari ribuan tahun yang lalu, dan terawetkan dalam fitur-fitur di bawah tanah seperti lubang-lubang dan parit-parit.”



Foto: Stonehenge at sunset. (Credit: Jeffrey Pfau/Wikimedia Commons).

No comments:

Post a Comment